Aku rasa, sampai saat ini aku hanya benar-benar bersahabat dengan Tuhan. Sejauh ini hanya aku dan dia percakapan ini bermula. Hanya pada-Nya bibir ini berucap tanpa suara. Mata ini menangis tanpa titikan airmata. Senyum ini memudar di balik jutaan tawa. Hanya pada-Nya nafasku mengaku kalah. Gengsiku tak berlaku, harga diri ini mati kutu.
Dia paham mengapa jari-jari ini tak berhenti menuliskan satu nama yang sama. Otak ini memikirkan satu bayangan yang sama. Lagu yang berputar tak jua beda. Serta puisi, yang masih itu-itu saja.
AMODISTY.
AMODISTY.