Label:

[Second, last] Dua Super Sahabat.. atau Kusebut Sebagai Malaikat?

Ketika dua pasang tangan menepuk bahuku.

Air mataku seperti ter-pause dan dengan gerakan sangat slow motion kepalaku bergerak berpaling. Dua senyum tanpa basa-basi merengkuhku dengan paksa dan menampar pipiku kuat-kuat,"BANGUN!" katanya, "dunia tidak berakhir di setiap kau merasa sesak dan kehilangan kepercayaan pada matahari"
Aku menampik uluran itu berkali-kali. Memalingkan wajah dan menggeleng kuat-kuat dengan teriakan super kencang kepada dua makhluk Tuhan yang datang tanpa membawa

0 komentar
Label:

Dua Super Sahabat.. atau Kusebut Sebagai Malaikat?

[Really specially for you; Gigih Ning Trisnanti and Praptidatama Nuradilla Iftiharsa]

Pernah merasa nafasmu sesak dan leher seperti terbelit ular raksasa? Kamu kesulitan memeluk oksigen dan aliran darahmu macet di sudut terakhir ia mengalir?

Aku pernah. Di mana rasanya ingin ku rebut remote control kehidupanku dan kupercepat agar luka dan segala macam penyebab air mata ini segera pergi. Di mana rasanya ingin aku menyusul Ibundaku tercinta di salah satu singgasana surga, dan meninggalkan semuanya tanpa pertanggungjawaban nyata sebagai seorang perempuan yang mengaku gagah.
Bagaimana setiap huruf, kata, dan kalimat dalam paragraf kehidupanku tidak

0 komentar
Label:

"Tidak pernah ada seorang yang begitu bodoh selama ini mengejarmu, kecuali saya. Saya bodoh, dan dalam hal ini saya tidak ingin menjadi pintar" -modhistut, on twitter

0 komentar
Label:

"Pada akhirnya saya tahu saya bukan satu-satunya yang terbaik dan tidak akan menjadi seorang yang paling baik, dalam peran apapun. Tapi biarkan saja.. bukankah tidak selamanya semuanya berbalas dan seperti apa yang kita inginkan? Karena banyak kemungkinan dan 'alternatif lain' yang akan Tuhan berikan.. tidak mesti apa dan siapa yang kita cintai di hari ini. Dan karena bila semuanya selalu mudah dan berbalas, tidak akan ada perempuan gagah hasil dari sebuah keikhlasan melepaskan, bukan?" -modhistut, on twitter

0 komentar
Label:

Kenyataannya Hidupku Tidak Sebatas Kamu, Kamu, dan Kamu Saja

Lihat judulnya, kupikir itu judul terkeren tulisanku. Selama mencinta, bertahan, melepas, dan mengikhlaskan segala macam kamu sebagai satu-satunya obyektivitasku.

Aku pernah memperjuangkanmu. Hingga sampai pada kondisi saat aku harus tau diri; dirimu bukanlah satu-satunya cita dan cinta yang bisa kumiliki. Karena memaksakan kehendakku juga tidak baik. Aku tidak ingin menjadi penyebab segala ketidak-karuan dalam hidupmu dengan banyak orang. Aku tidak ingin menjadi penyebab sebuah rintik hujan dari sepasang bola mata 'si cantik-mu yang sekarang'. Tidak, itu tidak baik.

Aku pernah sekuat tenaga mempertahankan. Hingga sampai aku menemukan sebuah teori mengesalkan.. bahwa rasa bersalah dan rasa cinta itu berbeda. Selama ini aku mencari-cari jawaban atas apa yang sebenarnya kuinginkan;

mengharapkanmu kembali atau mencari penggantimu,

merindukanmu atau melupakanmu,

mengejarmu atau melepaskanmu.

Aku seperti berlari dalam sebuah lingkaran, tak kutemui ujung atau pangkal. Aku menyadari belakangan. Bukan hidup seperti ini yang kuinginkan.. sia-sia.

Ketiga kalinya, aku pernah memilih baik-baik saja. Kepergianmu mati-matian bukanlah masalah. Dan kedatanganmu kupercayai tidak pernah ada. Luka ini tidak pernah terjadi. Kamu bukan siapa-siapa. Aku sanggup menuntaskan seluruh baris puisi dan ceritaku tanpa harus ada kamu. Aku sanggup tersenyum semanis dan tertawa selebar yang kubisa tanpa akibatmu.

Tapi sial, hatiku berkhianat lagi. Sial kamu kembali hadir seperti layang-layang yang kutarik kembali agar tidak melayang pergi. Sial kamu kembali menjadi subyek, predikat, dan obyek sebuah naratif kepalaku dari pagi ke pagi.

Mungkin karena aku tidak benar-benar melupakanmu? Tidak. Jauh di dalam salah satu sudut hatiku, kamu tidak pernah pergi. Tapi jauh dalam realisasi kehidupan nyataku, kamu tidak pernah kembali. Emm.. bila memang kamu bukan jodohku, aku bisa apa ya?


Modisty

0 komentar
Label:

Cerita Ini Belum Selesai-Selesai

Entah bagaimana ini semua terjadi dan hanya kepada satu manusia dan obyektivitasnya yang selalu itu-itu saja. Sebut aja aku dan kamu. Cerita ini masih saja berlangsung. Segala macam hal yang seharusnya kuinginkan kebalikannya menyusahkanku memejamkan dan membuka kembali mataku di esok harinya. Segala macam hal yang seharusnya aku benci membuatku terus melupakan apa yang seharusnya aku ingat. Mereka masih ada, mereka tetap tinggal. Iya, mereka.. segala hal tentang kamu. Sejak mencintaimu aku merasakan suatu metamorfosis yang tidak baik. Menjelma menjadi seorang sakit jiwa yang terlalu sering senyum-senyum sendiri di hadapan layar monitor telepon genggam salah satunya. Atau bertranformasi menjadi perempuan dengan daya khayal tak tertandingi; setiap harinya aku bermimpi bagaimana bila sepasang pakaian pelaminan itu kita kenakan berdampingan? Ah, ada-ada saja.



Modisty

0 komentar
Diberdayakan oleh Blogger.