Namanya Caesar. Sudah genap satu minggu ini aku selalu
memikirkannya. Bisa dibilang ini kali pertama untukku jatuh cinta. Ya,
dia cinta pertamaku.
Ceritanya dimulai ketika aku dan
sahabatku Inu menaruh minat pada dunia dancing. Dan Caesar adalah
dancer cowok terbaik tingkat SMA se-Pulau Jawa. Pada awalnya, kami murni
hanya ingin diajarkan bagaimana caranya agar cepat mahir dance. Maka
dari itu kami beranikan diri untuk menyapa dan menawarkan pertemanan
pada Caesar. Tidak dinyana, jadilah aku jatuh cinta padanya.
Namun tak sepenuhnya rasa cintaku diberi kemulusan, kau tahu? Aku dan
Caesar tidak tinggal di satu kota yang sama. Aku stay di kota
kecil nan asri Wonosobo, sedang Caesar di Temanggung. Kami hanya bertemu dua kali dalam seminggu, Sabtu dan Minggu, dimana Caesar yang memang asli Wonosobo, rutin
pulang ke rumah orangtuanya.
Sungguh tak ku pungkiri, pesona Caesar
mampu menghipnotisku. Siang, malam, kapan saja dia selalu dibenakku.
Seperti saat ini, aku sedang asyik membayangkan seandainya dia jadi
milikku. Ehehe..
“Bel, Abeeeeel!!”
“Huah!”
Teriakku terkejut mendengar sebuah suara bervolume ekstrim di telinga kananku. “Deva! Lo gila apa? Gue nggak budek kali, Va!”
Teriakku terkejut mendengar sebuah suara bervolume ekstrim di telinga kananku. “Deva! Lo gila apa? Gue nggak budek kali, Va!”
Aku mencibir, lalu menjitak kepala mungil sahabatku satu ini. Cewek centil itu malah terbahak.
“Hahaha.. Lo juga sih Bel, gila banget lo siang bolong gini senyum-senyum sendiri. Kesambet baru nyaho’ lo” Seru Deva yang masih tertawa “Oh oh! Gue tau nih, pasti gara-gara si Sesar Sesar itu kan tuh?”
Aku menatap cewek yang akrab dipanggil Cece ini (aliasnya: Centil
Cempreng loh! hihihi..) dengan cengiran tanpa dosa. “Hehe tau aja lo,
Va. Namanya Ca-e-sar tau. Lo pikir emak-emak apa sesar-sesar segala!”
nenek lampir itu hanya cengir kuda.
Deva memalingkan
wajahku agar menghadap tepat ke wajahnya “Lo udah yakin 100% gitu, Bel?
Bukannya gimana-gimana nih yaa.. Ya secara kan lo belom lama kenal gitu
ama dianya”
Aku tersenyum padanya. Kujelaskan betapa
si Caesar itu berwajah malaikat, benar-benar baik, lagipula Inu juga
yakin kalau Caesar seorang yang baik. Deva hanya manggut-manggut mendengar
jawabanku. Dia tau sekali siapa itu Inu’, sahabatku yang tiada duanya
itu memang sangat menyayangiku seperti Deva sayang padaku. Kami adalah
sahabat sejati deh! Bersama Vabian tentunya, satu lagi sahabat
terbaikku.
Pink!
BBM masuk. Kuraih ponsel kesayanganku. Dari Inu’.
Inu’ : Plg sklh ke rmh Vabb ya? Ada Caesar nih. Ajak si Cece, byr rame. Oke cuyung?
Abel : Caesar?
Inu’ : Iyee. Kan malem minggu nih. Oncom lu ah!
Abel : Oh oh iya deng! Hehe.. Oke deh.. CU
“Inu’, Bel?" Aku mengangguk.
“Pulang sekolah kita diajak kerumahnya Vabi. Mau yah, Ce?”
“Oke deh”
***
Di rumah Vabian..
“Gilee.. Udah akrab aja lo ama si Caesar, Bi?” Seruku begitu sampai di
teras belakang rumah Vabi, tempat biasa aku, Inu’, dan Vabi nongkrong.
Mendengarnya, Caesar hanya senyum kalem. Hatiku ser-seran lagi melihat
senyumnya. Ah..
“Kenapa emang lo Bel? Envy? Ahaha.. Mateng tuh muka lo” Goda Inu’ yang membuat semua tertawa.
“Udah ih Inu’, kasian tuh Abelnya. Nanti nggak cantik lagi yah, Bel?”
BLUSH..
Celetukan Caesar makin membuatku salah tingkah. Apalagi ketiga setan
itu, Inu’, Vabi, dan Deva kompak saja semakin menggodaku. Mau tau
bagaimana hatiku? Uh.. Seperti ketiban jutaan bunga-bunga dari surga
(ahaha.. Lebay yah?)
“Ciyeee.. Dikit lagi makan-makan nih kayaknya. Ci cuit..”
“Huwa, ceceee.. Awas lo ya, sini lo!” Teriakku lalu bangkit mengejar
Deva. Diikuti tawa dari ketiga cowok ganteng di belakangku. Jadilah sore
itu kami habiskan untuk bercanda bersama, kejar-kejaran, bahkan sampai
Deva didorong oleh Vabi dan masuk ke kolam renang. Hahaha..
***
Pink!
BBM masuk. Wah! Dari Caesarr.. Senangnya aku. Tahu tidak? Caesar
mengatakan kangen padaku padahal belum lama ini kami bertemu di rumah
Vabi! Oh Mamiii… Anakmu dimabuk cinta. Di akhir BBMku dengannya pun,
Caesar mengajakku pergi berdua saja loh, date kah ini? Yang jelas aku sa-ngat-se-nang!
‘Oh Adirian Caesara.. Mengapa kau bisa membuatku begitu mabuk begini,
oh Tuhan, semoga dia jodohku’ Doaku dalam hati. Jadilah malam itu aku
tidur nyenyak. Bisa dipastikan senyum manisku bertengger di bibirku
malam ini. Oh indahnya jatuh cintaa..
***
5 Januari 2012
Ku tatap bulatan merah yang baru saja kubuat di kalender bergambar
Detective Conan yang berdiri manis di meja belajarku. Pada tanggal itu,
aku dan Caesar resmi jadian! Mau tau bagaimana hatiku? Senangnya tak
terkira!
“Bel, gue tau ini masih terlalu cepat. Tapi gue ga bisa nahan ini terlalu lama Bel..”
“Ma.. Maksud lo Ces?”
“Gue sayang elo Raurabella Tunggadewi. Jatuh cinta waktu pertama kali
kita ketemu di dance center” Katanya lirih lalu menggenggam tanganku
“Mau ga lo jadi cewek yang selalu gue pikirin disetiap malem gue, Bel?”
Sekelebat
kejadian itu terbayang lagi. Tentu saja takkan bisa kulupakan! Bagaimana
tatapan Caesar, genggaman tangannya, dan kecupan ringan didahiku
selepas aku menerima cintanya. Hatiku sungguh-sangat bahagia. Baru kali ini
aku menyayangi seorang cowok sebagai kekasih.
Rasanya
ingin sekali aku memberitahu ketiga sahabatku. Baru saja Deva menelepon
kalau sekarang dia dan Inu’ sudah berada didepan rumahku. Wah! Kebetulan
sekali..
“Hai cantik! Gimana date lo semalam?” Sapaan
Inu’ membuat pipiku memerah. Detik berikutnya mereka langsung
memberondongku dengan pertanyaan. Aku menceritakan semuanya pada mereka.
Semuanya, tak terkecuali. Pokoknya mereka harus tau. Tapi sayang tak
ada Vabi disini, juga Caesar. Sepi rasanya, kurang lengkap saja tanpa
mereka.
“Ciyeee.. Abel! Besok makan makan nih Nu’ kita Nu’, aseek”
“Hahahaha.. Dasar Cecee!”
Begitulah kami, akhirnya tertawa bersama dan lagi-lagi mereka menggodaku.
***
Hari terasa begitu cepat berlalu, tanpa terasa sudah 3 bulan aku dan
Caesar berpacaran. Dan kau tahu? Semakin hari kurasakan perubahan sikap
Caesar padaku semakin aneh. Dia seperti menghindariku. Semua perhatianny
hilang entah kemana. Aku sedih sekali, ada apa dengan Caesar? Dan lagi,
ah! Vabian! Dia juga aneh sekali paska aku dan Caesar jadian. Dia
seakan benci padaku. Tatapannya yang hangat tak lagi kudapatkan. Yang
hanya ada tatapan sinis Vabi padaku setiap kami bertemu. Kuingat jelas
bagaimana reaksi Vabi dulu ketika kutelepon dan kuceritakan bahwa aku
sudah dengan Caesar.
“Hah?! Lo jadian sama Caesar?!
“E.. emang kenapa Bi? Lo kenapa?”
Klik! Telepon diputus begitu saja. Aku menatap ponselku bingung. Ada apa dengan Vabi?
Ya,
hingga sekarang Vabi dan Caesar menghilang tanpa kabar. Vabi sudah
jelas sekali benci padaku. Tapi mengapa? Karena rasa gemas dan tidak
rela persahabatanku dengan Vabi harus terputus, aku nekat untuk
mendatangi rumah Vabi pulang sekolah nanti. Sampai disana, kubunyikan
bel rumah Vabi. Pintu terbuka. Pembantu rumah Vabi menyambutku ramah dan
langsung memersilakan aku masuk ke kamar Vabi, ya, seperti biasanya,
rumah Vabi sudah seperti rumahku, Inu’, dan Deva. Begitupun sebaliknya.
Sampai didepan pintu kamar Vabi, aku mendengar suara, suara Vabi sedang menelepon dengan… entah siapa.
“Aku marah sama kamu Ces, kamu jahat sekali padaku”
‘Ha? ‘Ces’? Caesar kah yang dimaksud Vabi. Tapi kenapa dia mengatakan
dirinya marah pada Caesar?’ Untuk menjawab semua itu, ku pasang lagi
telingaku untuk mendengar lebih jauh.
“Ya tetap saja! Katamu kau akan segera putuskan dia, apa kau sudah tak cinta aku? Kau lebih pil…”
“Vabian”
Dari sudut mataku kuliah Vabian kelabakan melihat kedatanganku. Saluran
telepon itu pun dihentikannya. Dia berdiri, menatap benci ke arahku, dan
berjalan mendekatiku.
“Mau apa lo?” Dengus Vabi dingin “ Ga sopan banget lo main masuk-masuk kamar orang!”
Dahiku mengerut. ‘Ga sopan? Hei dulu bahkan kita tak pernah mengenal
istilah ‘sopan’’. Aku maju selangkah mendekatinya “Apa maksud lo, Bi? Ga
sopan? Kita ini apa sih? Orang baru kenal? KITA SAHABAT VABI! Lo sadar
dong! Kita itu sa..”
“ITU DULU!” Teriak Vabi sambil
menjambak rambutnya sendiri “Lo bukan lagi sahabat gue! Gue ga sudi
sahabatan sama orang munafik kayak lo”
“Tapi kenapa
Bi? Ga adil banget buat gue! Lo benci gue tiba-tiba tanpa kasih tau
alasannya ke gue. Gue ga rela persahabatn kita hancur Bi. huhuhu…”
Vabi menatapku dalam, tatapan yang sulit kuartikan. “Persahabatan lo bilang? Bullshit Abel! Sekarang lo pergi dari rumah
gue, ga usah lo tampakin lagi muka lo didepan gue!”
Air mataku
mengalir deras. Kali pertamanya setelah sekian lama aku tidak menangis.
Karena persahabatan kamilah yang membuatku tidak pernah menangis, aku
sangat bahagisa mempunyai sahabat seperti mereka. Tapi sekarang? Bahkan
Vabi tega-teganya mengatakan hal seperti tadi.
“Tapi Bi..”
“PERGI!!!”
Brakk!
***
“Huhuhu… Gue bingung Nu, Va kenapa sekarang Vabian benci gue? Apa salah
gue?” Tangisku pada pelukan Deva. Sedangkan inu mengusap kepalaku
lembut. Hanya ini yang bisa kulakukan sekarang. Menangis dan mengadu
pada kedua sahabat yang kupunya. Hanya mereka yang ku rasa masih
menyayangiku. Vabi? Sudah jelas dia membenciku. Caesar? Entah kemana
dia. Telepon selalu tak diangkat, BBMku pun di ignorenya.
Hancur sepertinya hatiku, remuk. Saat sahabatku membenciku lalu
kuharapkan cinta pertamaku lah yang dating memelukku, tapi mana? Caesar
seakan tak memedulikanku lagi.
“Aku sayang kamu Raurabella, aku berharap kamu lah jodohku dari Tuhan kelak”
Masih terbayangkan kata-kata Caesar di hari 1 bulanan aku dengannya dulu. Membuat airmataku semakin deras mengalir.
Tiba-tiba ponselku berbunyi. ‘Caesar Calling’
“Abel! Kamukah itu?”
Aku mendesah tanpa semangat “Ya, ada apa? Masih kamu ingat aku, Ces?”
“Maafkan aku Abel, sebenarnya aku ti..”
Sebuah suara memotong ucapan Caesar. Suara kehangatan, penuh cinta. Dan
suara yang sudah sangat kukenal. Aku bangun terduduk. Inu dan Deva
menatapku heran. Dengan isyarat kusuruh mereka diam dahulu. Aku
mendengarkan.
“Sayaaang.. Ini makanan kita datang”
Dari sini bisa ku dengar Caesar gugup menanggapinya.
“Siapa itu Ces? “
Tak ada jawaban.
“Tunggu, jangan-jangan…”
Klik!
Telepon kuputus tanpa mendengar lagi sahutan Caesar di seberang sana.
Aku berdiri dan meraih kunci mobilku, lalu kupalingkan wajahku kearah
Inu’ dan deva.
“Kalian ikut gue”
Kulajukan jazz hijauku dengan kencang, hatiku tak hentinya
menebak-nebak. Ada perasaan sesak di ulu hatiku. Nyeri.. Tak lama ku
hentikan mobil. Aku langsung turun, Inu dan Deva mengikutiku.
“Rumahnya…”
“Ayo cepat!” Potongku. Ku gandeng Inu dan Deva yang masih tidak
mengerti memasuki rumah itu. Kulangkahkan kakiku cepat, sampai di depan
pintu, aku berhenti.
“mmmh.. Lagi sayang.. Mmh.. hh..”
Brakk.. Pintu ku tendang hingga terbuka. Terlihat pemandangan
menjijikan yang pernah kulihat. Dua orang yang sangat kucintai saling
merangkul layaknya sepasang kekasih berciuman. Dadaku mendadak panas,
napasku sesak, darahku mendidih rasanya. Dan tanpa berkata lagi
airmataku tumpah. Kupeluk Deva yang tak kalah syoknya. Sedangkan Inu’
kulihat dia melangkah maju dan bukk..
“Tega-teganya lo
Bi! Lo sadar ga sih ini nyakitin hatinya Abel? Dimana hati lo Vabian??
Lo Anggap apa persahabatan kita 3 tahun ini!” Inu berteriak emosi setelah
sukses melayangkan tinjunya diperut Vabi hingga tersungkur jatuh.
Dadanya naik turun, wajahnya memerah marah. Hal yang sama dilakukan Inu’
pada Caesar, hidung Caesar mengeluarkan darah. Hatiku nyeri sekali..
“Dan lo, Ces! Nyesel gue kenapa dulu dukung lo sama Abel! Kalian..
kalian makhluk terhina yang pernah gue temuin! Ga bermoral!!”
Vabian berdiri “Cukup Nu!!” Dia melangkah mendekati inu “Ini salah
abel! Dia yang rebut Caesar dari gue!!” Aku
mendekat, menatap heran Vabi. Kutatap lekat-lekat matanya.
“Apa lo bil..”
“Ya! Gue udah pacaran sama Caesar jauh sebelum kalian jadian! Gue jatuh
cinta sejak pertama lo kenalin dia ke gue, Nu!” Vabian tersenyum pahit.
Kami bertiga terpana. Tak percaya dengan serangkaian kejadian ini.
“Terus kenapa dia macarin Abel?! Ha?”
“ Tanya sama dia!” Sahut Vabi.
Aku berjalan mendekati Caesar. Meminta penjelasan.
Caesar berniat menyentuh tanganku, kutepis “Karena gue juga jatuh cinta
sama lo Bel” Katanya mengguncang bahuku “Baru kali ini gue bisa sayang
sama cewek, dan itu elo Raurabella!"
Aku tertawa, miris.
Lalu aku diam, airmataku kembali mengalir. Cengeng sekali aku. Tapi aku
tak dapat menahan ini semua. Perkataan Caesar tadi semakin memperdalam
lukaku. Wajahku terasa panas. Sekarang aku bahkan muak melihat kedua
wajah dihadapanku, dua wajah yang dulu sangat-amat kucintai,
“LO BERDUA SINTING!!” Kubalikkan badanku dan berlari meninggalkan rumah
itu. Aku bersumpah takkan lagi kuinjakkan kakiku dirumah itu. Tak akan!
Akan kusimpan semua perasaanku ini sebagai ‘hadiah terindah’ yang Vabi
dan Caesar berikan padaku. Cinta pertamaku.. Tak akan pernah kulupakan!
***END (Cerpen; GOSH! My Boyfriend Is...)
Modisty
Tidak ada komentar:
Posting Komentar