Sebenarnya apa telah terjadi?
Selain aku mengakui dosa-dosaku, selain hal bodoh yang kulakukan padamu, selain kamu yang tiba-tiba pergi tanpa penjelasan dan kata-kata lain, apa yang sebenarnya terjadi tiga puluh enam bulan yang lalu?
Aku memang bersalah, aku bedebah pertama di antara kita. Aku mengakui dosaku, dan mengakui ini semua pantas ku terima. Tapi apa harus sesakit ini? Harus sepedih ini yang kudapatkan? Dan bukankah setiap manusia mudah bahkan pandai melakukan kesalahan? Dalam mencintaimu, aku seperti harus selalu benar.
Aku bukan Cinderella, gadis baik hati dan tulus hatinya. Yang tidak pernah melakukan kesalahan, yang selalu tampak sempurna dan pantas untuk pangeran. Aku hanya gadis yang belum seberapa dewasa, untuk tahu apa yang baik ku lakukan dalam sebuah cinta. Aku bukan siapa-siapa dalam hubungan ini, bahkan tidak untuk pangeran. Dan kamu, bukankah kamu juga bukanlah seorang pangeran?
Aku tahu, sadar, dan sekali lagi aku mengakui kebodohanku. Memperlakukan mu bukan sebagai kekasih yang semestinya, aku tau aku bajingan. Aku sadar yang kuperbuat adalah menyia-nyiakan seorang yang ternyata sangat mencintaiku, menyia-nyiakan seorang yang ternyata juga sangat kucinta.
Bukankah sudah beribu maaf, sudah berkali ku katakan maafkan aku. Sudah kukatakan penyesalan itu, tidakkah semuanya terlambat?
Aku hanya mencari cara, agar aku terbebas dari perasaan kurang ajar ini. Aku lelah. Kamu seperti mengutukku, membuatku merasa berdosa selamanya. Aku ingin terbebas, sayang. Tak apa bila aku tidak memilikimu. Tak apa perkara kamu sampai mati bersamanya. Tak apa bahkan bila kamu benar-benar membenciku. Tak apa bilapun selamanya perasaanku hanya bertepuk sebelah. Asal tidak maafku. Aku mohon jangan abaikan maafku.
Aku perlu maafmu. Lalu aku kan memaafkan diriku sendiri.
Tolong jangan senyum dan berdiam, lalu pergi begitu saja. Aku tahu kamu sibuk dengan masa depan dan kebahagiaanmu. Aku tahu wanitamu banyak menyita waktu. Aku tahu banyak maaf sudah pernah kau berikan padaku dulu.
Tapi kumohon maafkan aku, sekali lagi, dan tak apa bila untuk yang terakhir kali, maafkan aku.
Aku lelah, demi Tuhan aku lelah.
Banjarbaru, 14 Mei 2015
AMODISTY