Label: ,

Puisi Untukmu, Hati


Tiada yang lebih kucintai daripadanya, dulu
Berlari aku mencoba meraihnya
Teriak kupanggil namanya
Nyatanya memang sia-sia
Langkah ini bahkan tidak mendekat satu sentimeterpun
Suara ini tidak didengar
Lalu aku menjelma menjadi manusia super
Tidak peduli berapa pasang tangan yang menahan langkahku,
berapa pasang mata yang melotot galak,
dan mulut-mulut yang berbaik hati menyadarkan aku
Mengenai bintang yang tidak mungkin tergapai
Arus yang tak mungkin ku lawan
Semua berawal padanya
Juga berakhir olehnya
Sembilan puluh hari menyusuri lorong waktu
Tak membawa kita kemana-mana
Nyatanya memang sia-sia
Hingga aku paham, semua ini bukan untuk disadari
Tapi untuk kumengerti
Bahwa satu-satunya hati yang kujaga, sudah melarikan diri
Dan tangan yang berusaha kugenggam, telah lama melepaskan
Ini puisi untukmu, Hati
Maafkan tuanmu yang bodoh ini
Maafkan masa lalu kita
Maafkan yang tidak tergenggam
Ini puisi untukmu, Hati
Lekas sembuh dan berbahagia kembali.


Banjarbaru, 6 Juli 2015
A. Modisty

3 komentar:

  1. bagus gan puisinya tapi gak ada jeda kaya biasanya kan perbait 4 baris kasih jeda sebaris gitu,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Ace Maxs, sori ya baru bisa direply. Iya itu emang sengaja dibentuk, puisi modern kan bebas gak terikat sebait harus empat baris. Btw thx ya udah mampir, difollow jg boleh hehehehe. Jangan kapok:)))

      Hapus
  2. Finally back :D
    Suka puisinya mod...

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.